Badai di Masa Lalu

Sebenarnya, aku ingin relasi asmara tidak terdiam dalam putaran tanpa arah bernama teman tetapi berharap lebih. Sayangnya, aku sendiri masih belum mampu maju dari derita di masa lalu.

Masih ada sisa rasa untuk seseorang yang menghambatku untuk berjalan maju. Dilematika yang terus menghantui, dengan pertemuan yang terus tertolak takdir. Kadang, aku ingin berkata aku konyol untuk berharap, tetapi di sisi lain aku berharap setidaknya satu saja yang aku sukai juga menatap balik kepadaku.

Ah, mungkin di dunia paralel hidupku tidak monoton seperti ini. Aku dunia lain berhasil lepas dari dilema kesedihan dan berjalan maju dengan kehidupannya. Apa aku bisa juga begitu? Aku ingin sekali. Aku sangat ingin. Hanya saja, apakah ada yang berkenan menyerahkan dua telinga dan mengunci satu mulut selamanya untuk ku? 

Aku rasa tidak ada. Akan tetapi, mungkin mencoba tidak akan buruk, kan? Mungkin UIS hanya seperti yang lainnya, akan terulang kembali bahwa diriku ini hanyalah seorang teman biasa di matanya, tidak lebih. Hanya saja, aku berharap aku berusaha lebih untuk menggapai hatinya. Setidaknya, sekali saja?

Aku akan menyesali semua ini, kan? Apa setidaknya boleh jika dia tidak menganggapku lebih, jangan sampai rajutan pertemanan selama di organisasi dulu hilang? Aku lebih suka relasi yang masih bertahan bahkan setelah semua badai berlalu.

Lagipula, di titik hidupku kini, aku rasa setiap ikatan yang masih ada lebih baik dibandingkan aku harus kesepian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[HOAX] Pesan Juru Kunci

Daftar Enzim Pencernaan, Letak dan Fungsi

Typeform : Membuat Formulir dengan Mudah!