Memulai Menulis Dari Mana?

Seringkali banyak calon penulis sering dibuat bingung dengan bagaimana caranya mereka mulai menulis? Setiap kali ada penulis yang baru saja naik daun, ada ratusan calon penulis baru yang berpikir mereka bisa meniti jalan kepenulisan untuk mencapai kesuksesan.

Nah, sebenarnya, mulai menulis itu hitungannya gampang tapi susah. Sekilas mudah, tetapi aslinya lebih rumit dari yang orang-orang sering perkirakan. Ya, itu sih bagian dari prosesnya, jadi tidak apa-apa.

Ada dua jalan untuk memulai menulis, dan kita akan eksplorasi masing-masing jalan ini. Setiap jalan ada pros dan cons tersendiri yang menjadi pertimbangan untuk kita. Setelah ini, kalian bisa putuskan apakah kalian lebih cocok dengan jalan pertama atau jalan kedua.


JALAN PERTAMA

Jalan pertama menjadi penulis berasal dari sebuah konsep sederhana bernama just do it alias ‘kerjakan saja’. Maksudnya, tanpa kita mengkaji lebih dalam tentang kepenulisan, kita langsung terjun ke dalam dunia kepenulisan.

Pada jalan ini, kita tidak terlalu memikirkan apakah sesuai dengan kaidah peraturan dan tata bahasa yang berlaku. Hal penting yang sebaiknya dipegang penganut jalan ini adalah sing penting kelar (yang penting tamat). Kenapa paham ini perlu dipegang? Karena penulis tidak sepenuhnya memahami kaidah bahasa, maka akan sangat rentan terhadap serangan kritik di karyanya.

Kebanyakan penulis, dari pengamatan pribadi, cenderung berjalan di sisi ini terlebih dahulu sebelum akhirnya retak oleh tekanan kritik atau minim apresiasi (tidak ada pembaca). Setelah retak, ada tiga kemungkinan yang akan mereka alami: lanjut ATAU keluar ATAU pindah ke jalur kedua.

Keuntungan dari mengambil jalan ini adalah karya kita bisa segera dibentuk. Salah satu hal tidak tertulis di industri kreatif (baik menulis maupun bidang kreatif lain) adalah seseorang dinilai dari karya yang dia ciptakan. Maksudnya apa? Kala kita memiliki karya, maka kalimat kita lebih memiliki validitas. Hanya saja, validitas karya ini akan patah apabila karya kita berupa plagiarisme atau pelanggaran lainnya, jadi hati-hati ya.

Kerugian dari jalan ini adalah karena karya kita bersifat ‘mentah’ dalam artian karya kita cenderung kurang dari sisi tata bahasa, karya kita bisa jadi kesulitan menjamah pasar. Selain itu, karya-karya dari metode ini cenderung sulit kala berhadapan dengan editor-editor di platform (untuk jalur kontrak eksklusif) dan akan sangat sulit merambah ke toko buku karena rentan gagal di penerbit mayor (kecuali terkenal).


JALAN KEDUA

Jalan kedua adalah dengan belajar ilmunya dulu sebelum mulai terjun aktif di kepenulisan. Pada umumnya, jenis kedua ini hanya menulis karya sastra kecil supaya ada perkembangan (cerpen, puisi). Mereka lebih aktif dalam mencari seminar dan informasi terkait cara mengembangkan karya kepenulisan mereka.

Apa saja yang biasanya menjadi perhatian golongan kedua?

1. PUEBI

2. KBBI

3. Kosakata

4. Diksi

5. Penyusunan Alur

6. Penokohan yang Baik

7. Platform yang Sesuai (ini masih jarang)

Ini yang umumnya diperhatikan, dan tentunya tidak terbatas di sini saja kok. Masih ada hal-hal lain yang umumnya golongan ini perhatikan sebelum mereka terjun menulis karya mereka. Mereka cenderung menjadi perfeksionis, dan berusaha menciptakan karya sesempurna mungkin dengan ilmu selengkap mungkin.

Sekilas, jalan kedua ini lebih menjanjikan. Kenapa? Karena kemahiran di elemen-elemen di atas, mereka cenderung lebih berpotensi kala bersaing. Hanya saja, tentunya tidak ada yang sempurna dalam urusan manusia. Memilih jalan ini memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.

Keuntungan jalan ini terletak pada wawasan dan pengetahuan dari calon penulis itu sendiri. Karena dia mendalami ilmu-ilmu yang diperlukan terlebih dahulu, dia menjadi lebih paham bagaimana cara menciptakan sebuah tulisan yang berkualitas dan bersaing tanpa harus menggunakan cara-cara kontroversial.

Kerugiannya adalah kalah dari sisi waktu. Maksudnya apa? Dalam dunia kepenulisan, apalagi era serba cepat sekarang, semuanya diukur dalam hitungan waktu. Sebuah ide yang pamor 6 bulan lalu, sudah tidak laku lagi 6 bulan kemudian. Naskah yang hari ini masuk naskah top sebuah platform, bisa jadi sudah turun dari top 1 tahun kemudian. Bagi yang mengambil jalan kedua, ada kecenderungan perfeksionis yang berbahaya dan membuat mereka kehilangan ‘momentum’ ini.


PENGALAMAN PRIBADI

Kalau pengalaman pribadi, saya kombinasi dari keduanya. Hanya saja, saya mulai dari yang pertama (langsung menulis). Dari saya, pilihan saat ini ada keuntungan dan kerugian tersendiri. Saat saya transisi ke jalan kedua, saya menjadi cenderung ‘konservatif’ dan akhirnya terkena kerugian yang kedua (faktor momentum waktu) beberapa kali dalam karir saya.

Dari saya sendiri, saya akan cenderung menyarankan jalan kedua karena faktor kualitas karya yang dihasilkan (meskipun kalian boleh ambil jalan satu, dan saya akan dukung karena itu jalan awal saya). Hanya saja, untuk meminimalisir efek dari jalan kedua (faktor momentum waktu), dikombinasikan dengan prinsip dari jalan pertama “sing penting kelar (yang penting tamat)” yang membantu penulis berkembang dan tetap bisa mendapatkan momentum waktu.

Apapun jalan yang kalian pilih saat menjadi penulis, yang harus selalu diingat adalah penulis ialah orang yang menulis. Dengan kata lain, apapun pilihan jalan kalian, ingatlah kalian harus siap untuk terus menulis dan berkarya.


Sekian. Salah khilaf dari saya sebagai manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[HOAX] Pesan Juru Kunci

Daftar Enzim Pencernaan, Letak dan Fungsi

Typeform : Membuat Formulir dengan Mudah!