Cara Memperkuat Karakter
Saat kita membahas tentang karakter dalam sebuah cerita, tentu kita perlu memperhatikan beberapa hal untuk membuat karakter kita terasa kuat dan hidup di dalam cerita kita. Mengembangkan karakter yang menarik tentunya bukanlah hal sederhana, dan didapatkan seiring dengan pengalaman hidup dan riset yang kita lakukan.
Akan tetapi, kalau kita harus menunggu pengalaman hidup sepertinya itu terlalu lama ya? Nah, riset adalah senjata yang bisa kita gunakan untuk memperkuat karakter kita. Hanya saja, riset seperti apa yang diperlukan untuk membuat karakter kita?
Tentunya, setiap kita bertanya ke penulis satu lalu ke penulis lainnya, pengembangan karakter akan sedikit bervariasi caranya. Akan tetapi, ada beberapa _general rules_ (aturan umum) yang biasanya diikuti oleh para penulis. Aturan umum ini memungkinkan penulis untuk membantu mengembangkan karakternya, sehingga tidak terlalu kaku dan ada kehidupan.
Pertama, karakter kita itu adalah manusia (kecuali fabel atau fantasi, kalau itu, mereka di-manusia-kan). Ini penting, karena ada hal yang cenderung dilupakan oleh orang-orang kala membuat karakter: manusia memiliki pengalaman. Beberapa penulis biasanya menggunakan _character sheet_ (lembaran karakter) yang merefleksikan elemen pengalaman ini. Kalau kita bahas dengan lembaran karakter, biasanya cenderung panjang dan bisa jadi penulis kelelahan dari menyusun karakternya.
Maka dari itu, solusi untuk masalah pengalaman ini adalah dengan mengambil elemen-elemen dasar dari sebuah pengalaman. Dari saya, bisa ambil berikut ini:
“Apa yang disukai?”
“Apa yang dibenci?”
“Apa yang menjadi trauma?”
“Bagaimana secara garis besar dia memutuskan suatu masalah? (emosional atau logis)”
“Peran dalam sebuah konflik cenderung bagaimana? (pengamat, berpihak, atau negosiator)”
“Apa hobinya?”
Ini sudah memberikan beberapa kedalaman tertentu pada karakter, sehingga kita bisa lebih menggambarkan kemampuan karakter kita dan bagaimana dia bertindak di cerita. Semakin dalam karakter kita, semakin banyak kompleksitas yang dapat kita gunakan dari karakter tersebut, apalagi jika cerita kita bersifat _character driven_ (bergantung pada karakter).
Kedua, karakter kita itu, sekali lagi, adalah manusia (kecuali fabel atau fantasi). Selain apa yang sudah terjadi di masa lampau yang membentuk karakter, maka karakter juga dapat berkembang di masa depan. Hal ini berkaitan dengan sebuah istilah bernama _character development_ alias pengembangan karakter.
Karakter bisa berubah sifat seiring cerita berkembang. Saya akan ambil contoh dari manga terkenal milik Kishimoto, yaitu Naruto. Di serial tersebut, karakter Sasuke cenderung banyak peminat meski dia cenderung antagonis. Mengapa bisa demikian? Karena dia memiliki perkembangan karakter yang menarik. Mengapa karakter Kakashi memiliki banyak pembaca padahal dia hanyalah guru yang menyebalkan? Karena dia memiliki unsur misterius yang membuat orang penasaran.
Sifat dan tujuan karakter yang berubah seiring dengan informasi terbaru yang dia dapatkan membuat karakter tersebut semakin menarik. Apalagi, jika sifat luar yang dia tampilkan mengisyaratkan sifat dalam yang kontras tetapi dia tutupi. Ini membuat karakter tersebut memiliki _hidden layer_ (lapisan tersembunyi) yang membuat pembaca tertarik dan penasaran dengan karakter tersebut.
Sifat dan tujuan ini, kalau kita kembalikan ke dunia nyata, sebenarnya sama dengan kita-kita sebagai manusia. Kita bisa berubah tujuan dan berubah sifat sesuai dengan informasi dan data yang kita miliki, serta kondisi emosional kita sendiri (apakah sedang emo atau benar-benar berpikir tenang, misalnya). Perspektifkan diri kalian sebagai karakter kalian kala cerita berkembang, dan karakter kalian akan semakin hidup.
Ketiga, manusia itu unik. Dari poin satu dan dua, pastikan ada sebuah karakteristik unik yang bisa ditonjolkan dari cerita kalian. Shireishou misalnya, memiliki satu karakter yang penggemar berat gunpla. Di cerita Tertolak dan Harapan, Fath menyimpan sebuah lapisan kebenaran tersembunyi yang membuat cerita menjadi spiral begitu dia menunjukkan jati diri aslinya. Ada lagi di cerita Hati Biru Affa dimana karakter utamanya terlalu _dense_ untuk menyadari banyak yang menyukai dirinya.
Keunikan-keunikan ini harus bisa kita tajamkan perannya, membuat orang-orang menjadi tertarik untuk mengeksplorasi karakter kita dengan segala keunikan yang dia bawa. Beberapa yang saya pribadi sering gunakan:
1. Berikan moralitas yang tidak hitam-putih pada karakter kita (jika memungkinkan, ada istilah moralitas biru-orange dan biasanya karakter di spektrum ini aneh-aneh).
2. Perkembangan karakter kita susun dimana karakter yang awalnya baik, misalnya, menjadi ragu dengan kebenaran kebaikannya hingga berakhir jatuh ke kegelapan, atau dia menjadi moralitas abu-abu.
3. Berikan sebuah karakteristik aneh (Fath berkaitan dengan matanya sementara Affa dengan hatinya, misalnya) yang membuat dia menarik dan berbeda dibanding karakter yang lain.
4. Susun karakter sebagai _foil_ alias kebalikan bagi karakter utama (protagonis). Ini bisa dipakai untuk antagonis atau karakter pendukung karakter utama.
Sekian materi dari saya, segala kelebihan dari Allah SWT dan kekurangan dari saya sendiri. Terima kasih. Semoga bermanfaat.
Nama : Okta
Pertanyaan : Gimana cara menonjolkan sifat tokoh
kalau tokoh di dalam cerita itu lumayan banyak?
Jawaban:
Pertanyaan ini menarik, jujur saja. Ada beberapa cara untuk menonjolkan sifat suatu tokoh. Misal kita punya satu cerita dengan 5 karakter:
Karakter A mempunyai kombinasi karakteristik malas tetapi pintar, dan dia _left-handed_.
Karakter B mempunyai kombinasi karakteristik cinta mati dengan karakter A, dan dia sangat kuat dalam pertarungan.
Karakter C selalu menggunakan akhir kata khusus “ta” dalam dialognya.
Karakter D selalu menggunakan puisi sebagai cara dia berdialog.
Karakter E selalu membawa sebuah buku diary kemana pun dia pergi, dan selalu menghindari tatapan lawan bicara.
Jadi, bisa dari karakteristik, cara berkomunikasi, hobi, tingkah laku khusus, dan seterusnya bisa digunakan untuk membuat setiap karakter kita berbeda dan mudah dikenali, bahkan meski ada banyak karakter lain di tempat yang sama. Semakin pembeda mereka mencolok, semakin mudah mengenali karakter tersebut bahkan dalam sebuah percakapan sekali pun.
Nama : secret
Pertanyaan: Kalau penulis lupa sama karakter
tokohnya sendiri gimana, Kak?
Misal karena terlalu lama gak
nulis dsb
Jawaban:
Sebelum saya rincikan, saya berikan lembaran karakter dalam format pertanyaan untuk karaktermu. Format ini dalam Bahasa Inggris, pakai Google Translate atau DeepL buat menerjemahkan.
https://www.novel-software.com/character-questionnaire/
Supaya kita tidak lupa, kita punya lembaran khusus yang berisi informasi tentang karakter kita. Semakin rinci lembarannya, semakin baik. Saya pribadi bukan penggemar membuat karakter terlalu rinci (dan saya tahu itu buruk, jadi mencoba berbenah), tetapi saya selalu membuat informasi umum tentang karakter saya. Dalam lembaran pribadi saya di setiap naskah, selalu ada informasi seperti berikut (contoh dari novel Semester 0001 di Innovel):
Assar Nurrahman [Assar]: aku-kamu, bolu jadul favorit, tidak percaya dengan mudah, punya kepercayaan lebih kepada Latifah dan keluarganya sendiri, fokus di cyber security, korban perundungan sewaktu SMA, merahasiakan kelulusan SBM dari SMA sendiri. Motor.
Annisa Latifah [Latifah]: aku-kamu, part-time kasir di cabang perusahaan ibu Assar, kakak-kakaknya mengecewakan keluarga, keluarga dengan image buruk. Penghasilan keluarga nyaris tidak ada, dia dititipkan ke tantenya, teman SMA Zahra, komting Pemograman. Motor.
Ini membantu saya membentuk karakter dalam cerita dan mengingat sikapnya secara garis besar. Misal, Latifah selalu berusaha untuk menjadi orang yang memperbaiki nasib keluarganya, sementara Assar cenderung sulit percaya dengan orang lain dan waspada, serta cerdas.
Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar!
Posting Iklan Promosi (kecuali promosi blog) tanpa komentar ke subjek akan dihapus.