Nisfu Sya'ban atau Bulan Sya'ban?

 Sesuatu yang secara pribadi selalu menggelitik pemikiran saya setiap kali tiba malam satu ini. Satu hal yang saya seringkali kebingungan dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi pada pengikut Islam itu sendiri. Satu malam yang terkenal di kalangan orang Indonesia: Nisfu Sya'ban.

Tentu, saya jauh daripada layak menyebut diri daripada ulama, bahkan da'i pun sepertinya terlalu tinggi untuk disandangkan pada saya. Hamba ini hanyalah seorang penikmat teknologi, bukan seseorang yang masyhur dalam keagamaan. Namun, hamba sendiri resah dengan perkara ini.

Apakah semua hadis terkait malam ini palsu (maudhu')? Saya sendiri tidak punya kapabilitas dalam hal tersebut. Saya pun juga hanya dari mana bisa mendapatkan ilmu, layaknya ustad-ustad yang kita lihat capable untuk mengukur keshahihan daripada hadis-hadis terkait nisfu sya'ban.

Nisfu Sya'ban dan Keutamaan yang Sering Dibicarakan

Kalau membahas keutamaan, sepertinya tidak ada habisnya membahas keutamaan Nisfu Sya'ban ini. Bahkan, sepertinya terus bertambah setiap tahun (setidaknya yang saya amati) entah bagaimana. Mari kita buka beberapa yang saya temukan.

Saya mulai dari sebuah skripsi karya Dwi Aprinita Lestari. Ada 3 hadis dari Imam Baihaqi dalam karyanya Fadhail Al-Awqaat (dalam latin Indonesia umumnya ditulis Fadhail Al Auqat). 3 hadis ini, menurut tulisan tersebut, dirujukkan kepada Mu'adz bin Jabal RA (tentang pengampunan kecuali kepada musyrik dan bermusuhan), Ali bin Abi Thalib RA (keutamaan malam nisfu sya'ban), dan Abu Musa Al-Asy'ari RA (sama dengan Muadz bin Jabal RA, redaksi sedikit berbeda). Ketiga hadis dapat ditemukan di halaman 27 dari PDF tersebut.

Kesimpulan yang bersangkutan di halaman 84 dari penelitian tersebut, dinyatakan bahwasanya ketiga hadis tersebut shahih menurut kesimpulan penulis. Rincian alasan penulis skripsi tersebut bisa ditemukan mulai dari halaman 77. Sebagai catatan kecil saya saat ini, penulis skripsi pada halaman 74 menyatakan bahwa hadis kedua dan ketiga terputus sanadnya.

Selanjutnya, ada tulisan dari Kumparan terkait Nisfu Sya'ban, dimana dinyatakan ada hadis yang diriwayatkan Imam Baihaqi. Tidak disebutkan secara rinci sanad hadis selain dinyatakan dari Imam Baihaqi, namun redaksinya searah dengan hadis kedua pada referensi sebelumnya (jalur Ali bin Abi Thalib RA). Selain hadis tersebut, ada hadis shahih dari Syekh Al-Albany (as-Silsilah ash-Shahihah no. 1144).

Diluar dari hadis-hadis ini, masih banyak lagi bersliweran hadis-hadis. Bisa diperiksa ponsel anda setiap menjelang nisfu sya'ban, mungkin ada yang muncul.

Pertentangan dalam Nisfu Sya'ban

Mengutip dari Ustad Muhammad Abdul Tuasikal di situsnya Rumaysho, bulan sya'ban adalah bulan mulia. Selayaknya saya menjudulkan tulisan ini, maka poin bulan sya'ban adalah sebuah kesepakatan yang tidak terganggu gugat. Bahkan, dalam salah satu hadis dengan sanad hasan, Rasulullah SAW berpuasa paling banyak diluar bulan ramadhan adalah pada bulan sya'ban. Alasan beliau pun dalam hadis tersebut adalah "karena amal diangkat pada bulan sya'ban". Terdengar familiar?

Jika iya, maka tentunya karena salah satu hal yang lumrah adalah seringkali maaf-maafan baik offline maupun online. Namun, saya selalu melihat hal ini dikhususkan pada sebelum nisfu, umumnya ya kisaran H-3 sampai H-1 lah. Namun, banyak yang melewatkan bahwa ada hadis lain kalau amalan diangkat SETIAP SENIN dan KAMIS (H.R. Muslim no 2565).

Selanjutnya, masih dari Ustad Muhammad Abdul Tuasikal, dalam tulisan beliau, beliau menunjukkan beberapa hadis terkait keutamaan. Dalam kesimpulan dari tulisan beliau tersebut, didapatkan pernyataan kurang lebih sebagai berikut:

Jumhur ulama menyatakan keutamaan Nisfu Sya'ban dinilai dhaif alias lemah, namun ada beberapa yang menshahihkan.

Selanjutnya bergerak ke pembahasan amalan. Di sini perlu kembali pada dasar daripada amalan adalah "haram sampai ada dalil". Dalam tulisan tersebut, dinyatakan oleh Ibnu Rajab bahwasanya tidak ada satupun contoh dari generasi Rasulullah SAW dan sahabat. Yang paling awal tercatat ada pada generasi Tabiin (Ulama negeri Syam) memberikan perhatian khusus pada malam ini. Dalam Majmu' Al-Fatawa, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa jika mengikuti apa yang dilakukan oleh generasi salaf, maka itu adalah hal yang baik. Namun, jika mengada-adakan perkara yang tidak ada rujukannya baik dari salaf maupun Rasulullah SAW, maka itu dengan jelas adalah sebuah bid'ah.

Sebenarnya Bagaimana?

Saya mencoba melakukan cross-reference dari dua bagian tersebut. Yang pertama adalah tiga hadis dalam penelitian skripsi Dwi Aprinita Lestari.

Hadis pertama dari Mu'adz bin Jabal RA dan hadis ketiga dari Abu Musa Al-Asy'ari RA, dalam tulisan Ustad Muhammad Abdul Tuasikal, beliau menyatakan bahwasanya penulis Tuhfatul Ahwadzi memperkarakan jalur Abu Musa (hadis ketiga) karena terdapat Lahi'ah yang dinyatakan sebagai perawi dhaif. Jalur ini ditemukan dalam penelitian skripsi Dwi Aprinita Lestari, sehingga secara pribadi saya condong kepada dhaif karena alasan yang diutarakan oleh penulis Tuhfatul Ahwadzi. Dengan ini, saya memegang hadis pertama dalam kondisi shahih karena tidak ada perkara secara sanad.

Terlepas dari perkara hadis ketiga, hadis pertama memiliki sanad tak terbantahkan. Dan dari berbagai referensi tambahan di luar dari referensi utama di sini, bisa diletakkan sebagai hujjah bagi pihak yang mempercayai keutamaan nisfu sya'ban.

Baik, secara keutamaan maka ada pegangan yaitu hadis Mu'adz bin Jabal RA. Terkait hadis yang dishahihkan Syekh Al-Albany pada referensi kedua, jika membaca redaksinya saya rasa mengarah ke hadis Mu'adz bin Jabal RA. Wallahu'alam.

Namun, di catatan Ibnu Rajab, para ulama berselisih tentang banyak hadis terkait nisfu sya'ban, dan jumhur ulama menyimpulkan hadis terkait keutamaan nisfu sya'ban adalah dhaif alias lemah. Sebagian ulama menshahihkan.

Lalu, hadis terakhir (yang disebutkan dari Imam Baihaqi), setelah pencarian, saya kesulitan menemukan sanad hadis ini. Adapun hadis dengan redaksi berdekatan, dengan beberapa perbedaan namun intinya sama, dinyatakan sebagai hadis maudhu alias palsu yang rinciannya dapat dibaca di sini (hadis pertama di halaman tersebut).

Mengambil Kesimpulan

Setelah memperhatikan penjabaran di atas. Saya mulai memahami kenapa banyak sekali pertentangan di kalangan ulama terkait keutamaan malam nisfu sya'ban. Pegangan yang ada, jika merujuk ke penulis Tuhfatul Ahwadzi, hanyalah satu hadis yang sanadnya shahih dan mampu menjadi hujjah keutamaan nisfu sya'ban.

Namun, lebih lanjut dari itu, hadis-hadis yang dijadikan rujukan amalan khusus nisfu sya'ban sendiri, jika memperhatikan referensi tulisan Ustad Muhammad Abdul Tuasikal, ditambah tulisan Ustad Ammi Nur Baits, menunjukkan bahwasanya hadis-hadis amalan itu antara dhaif dan maudhu. Namun, memang ada prioritas untuk malam nisfu sya'ban pada generasi tabiin di Syam.

Pilihan yang saya pegang adalah memberikan keyakinan keshahihan untuk satu hadis dengan jalur Mu'adz bin Jabal. Tentu, ada kaidah lain yang perlu diperhatikan dalam meyakini hadis ini. Saya berkeyakinan Allah SWT turun setiap malam, berpegang pada tulisan berikut yang dituliskan oleh Ustad Muhammad Abdul Tuasikal:

Al ‘Aqili rahimahullah mengatakan, “Mengenai turunnya Allah pada malam nisfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya itu layyin (menuai kritikan). Adapun riwayat yang menerangkan bahwa Allah akan turun setiap malam, itu terdapat dalam berbagai hadits yang shahih. Ketahuilah bahwa malam nisfu Sya’ban itu sudah termasuk pada keumuman hadits semacam itu, insya Allah.” Disebutkan dalam Adh Dhu’afa’ (3/29). (Lihat Fatwa Al Islam Sual wa Jawab, no. 49678)

Ustad Muhammad Abdul Tuasikal

Hadis yang dimaksud adalah Hadis Shahih Bukhari Muslim bahwasanya Allah SWT turun setiap malam pada sepertiga malam terakhir.

Kesimpulan saya: nisfu sya'ban ada satu keutamaan yang bisa dishahihkan, dibolehkan untuk memperbanyak amalan, NAMUN menolak segala amalan yang disandarkan khusus pada nisfu sya'ban yang tidak ada rujukan dari hadis maupun generasi tabiin. Bahkan, menurut hemat saya pribadi, justru bulan sya'ban yang seharusnya mendapatkan keutamaan secara keseluruhan.

Wallahu'alam. Semoga bermanfaat. Saya cantumkan semua sumber sesuai kepemilikan tanpa klaim apapun dan memberikan kesempatan dihapus dari rujukan artikel ini dengan meminta kepada saya. Saya hanya menggunakan setiap sumber untuk membantu menjadikan sandaran saya mengambil kesimpulan pribadi sebagai seorang awam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[HOAX] Pesan Juru Kunci

Daftar Enzim Pencernaan, Letak dan Fungsi

Typeform : Membuat Formulir dengan Mudah!