Silahkan dikata bahwasanya diri ini telah jauh dari-Nya. Hamba lemah ini terima kalimat itu dan acuhkan saja. Tidak ada perlu dalam menyangkal sesuatu yang bersifat pribadi. Dan kala lembaran ini kembali di titik pertemuan. Sudah tiga lembaran besar ditutupkan. Memasuki akhir dari perjalanan, dengan posisi sementara berada di depan barisan. Sementara, karena dikata nan hati perkenankan pun tidak. Prestise dari angka empat itu hanyalah prestise demi dua insan mulia. Tak kurang, tak lebih. "Mau lulus berapa tahun?" Kalau kalian tanyakan pada diri ini, jawaban hamba hanyalah duplikasi berulang. Tidak dikata, tanpa tulisan, bisa kalian jawab sendiri. "Empat." Semua mahasiswa, kala masih seumur jagung, akan berjuang mendapatkannya. Kala di akhir sekalipun, jika masih ada sempat kala baginya, pasti dia perjuangkan setengah mati. Namun, aku di sini justru tidak tertarik dengan semua itu. Kala baru seumur jagung, aku ingat beberapa hal yang aku inginkan. Lulus 3,5...