Masih ingat tiga tahun, masa itu. Ya, tiga tahun lalu. Saat tanah genting berbunyi. Saat burung besi berhentak keras. Saat diskusi kecil, kita bersama mereka. Masih ingat dua tahun, kala itu. Luka dan pilu menatapmu. Tahu aku, warna putihmu terluka. Hanya dalam diam, turut aku duka. Masih ingat dua tahun, waktu itu. Saat aku dipermainkan temanku. Saat aku melukai prinsipku. Masih ingat satu tahun, masa itu. Tanpa sadar, aku telah melawan garis. Pinta menunggu, tapi aku justru torehkan luka. Bagiku, bagimu, bagi yang lain. Payah. Sekarang, aku kehilangan jejakku. Tanpa arah, tanpa cahaya. Dulu, aku paling kokoh diantara semua. Nyatanya, aku tak lebih dari debu. Apakah masih menunggu? Aku harap tidak. Dan aku harap namaku terlupakan. Layak angin berhembus lalu. Untukmu yang jauh... Menyapa dari angin, Sunyi meronta, Sendiri. - D