Bahkan Sekarang Mahasiswa Masih Diharapkan
Sore itu tenang seperti biasa. Seorang kakek sedang mengobrol dengan seorang remaja. Namun, obrolan mereka bukanlah tentang hal santai, melainkan hal berat. Hal itu adalah politik.
Kakek itu mengatakan betapa hancurnya tempat dimana kaki mereka berpijak. Pemimpin mereka sebenarnya hanya seorang pion, padahal yang dikerjakannya hanyalah melanjutkan apa yang sebelumnya telah dikerjakan dan hanya perlu menyelesaikan. Bukan, lebih tepatnya menikmati kehidupan dengan foya-foya yang menghanyutkan dengan menggunakan itu sebagai rekayasa. Kaum elit pula membekongi mereka, menutupi segala bentuk aib sang pemimpin. Rakyat dibodohi dan dibuat tidak tahu apa-apa.
Sang remaja hanya menjawab sekenanya, sekaligus mengorek informasi terkait pemerintahan. Ya, dia suka menganalisis politik untuk alasan entah apa. Fame? Money? Atau mungkin sebuah alasan lain?
Namun, yang menarik adalah kalimat dari sang kakek yang mengatakan bahwa mahasiswa bisa memperbaiki keadaan di tempat tersebut, seandainya mereka mau peduli dengan politik di tempat mereka sendiri. Remaja itu termenung, mengingat dirinya yang juga seorang mahasiswa, meski dia mahasiswa tanah seberang. Dia berpikir, mungkin dia perlu menyadarkan kaum mahasiswa bahwasanya pemerintahan di tempat mereka sedang kacau, tapi mereka tidak menyadarinya.
Kakek itu mengatakan betapa hancurnya tempat dimana kaki mereka berpijak. Pemimpin mereka sebenarnya hanya seorang pion, padahal yang dikerjakannya hanyalah melanjutkan apa yang sebelumnya telah dikerjakan dan hanya perlu menyelesaikan. Bukan, lebih tepatnya menikmati kehidupan dengan foya-foya yang menghanyutkan dengan menggunakan itu sebagai rekayasa. Kaum elit pula membekongi mereka, menutupi segala bentuk aib sang pemimpin. Rakyat dibodohi dan dibuat tidak tahu apa-apa.
Sang remaja hanya menjawab sekenanya, sekaligus mengorek informasi terkait pemerintahan. Ya, dia suka menganalisis politik untuk alasan entah apa. Fame? Money? Atau mungkin sebuah alasan lain?
Namun, yang menarik adalah kalimat dari sang kakek yang mengatakan bahwa mahasiswa bisa memperbaiki keadaan di tempat tersebut, seandainya mereka mau peduli dengan politik di tempat mereka sendiri. Remaja itu termenung, mengingat dirinya yang juga seorang mahasiswa, meski dia mahasiswa tanah seberang. Dia berpikir, mungkin dia perlu menyadarkan kaum mahasiswa bahwasanya pemerintahan di tempat mereka sedang kacau, tapi mereka tidak menyadarinya.
Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar!
Posting Iklan Promosi (kecuali promosi blog) tanpa komentar ke subjek akan dihapus.